Minggu, 26 April 2015

Garis Kemiskinan

Garis kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi kemiskinan.
Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, dapat dipengaruhi oleh tiga hal:
1. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan.
2. Posisi manusia dalam lingkungan sekitar.
3. Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat dan sistem nilai yang dimiliki.
Ciri-Ciri Manusia yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dan lain-lain.
Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD.
Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.
Garis Kemiskinan: Relatif versus Absolut
Garis kemiskinan (GK) merupakan alat yang paling krusial dalam pengukuran kemiskinan. Sebuah cutoff point yang dinyatakan dalam nominal uang untuk memisahkan penduduk miskin dan nirmiskin dalam populasi. Secara sederhana, penduduk atau rumah tangga dengan pengeluaran atau pendapatan di bawah GK disebut miskin.
Dalam konteks kemiskinan relatif, GK akan berubah dari waktu ke waktu bergantung pada perubahan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Ini dikarenakan, dalam konteks relatif, kemiskinan dilihat dari perspektif seberapa sejahtera seseorang terhadap orang lain dalam masyarakat. Dengan demikian, kemiskinan dan si miskin akan selalu eksis dalam masyarakat (“the poor always with us”).
Jika data lengkap mengenai pengeluaran (pendapatan) setiap individu atau rumah tangga tersedia, penentuan GK dalam konteks kemiskinan relatif sangat mudah dilakukan. Caranya adalah dengan mengurutkan individu atau rumah tangga berdasarkan nilai pengeluaran (pendapatan)-nya kemudian menentukan GK secara relatif. Sebagai contoh, GK misalnya ditetapkan sama dengan 50 persen atau setengah dari rata-rata pengeluaran (pendapatan) seluruh penduduk atau rumah tangga. Dengan demikian, penduduk atau rumah tangga dengan pengeluaran (pendapatan) yang lebih kecil dari setengah rata-rata pengeluaran (pendapatan) seluruh penduduk atau rumah tangga disebut miskin.
Cara penentuan GK seperti ini dipraktekkan oleh Uni Eropa (European Union). Uni Eropa mendefnisikan bahwa si miskin di negara-negara Eropa adalah mereka yang memiliki pendapatan kurang dari 50 persen median (nilai tengah) pendapatan seluruh penduduk. Dengan cara seperti ini, GK tentu akan berubah dari waktu ke waktu seiiring perubahan nilai median pendapatan seluruh penduduk.
Penentuan GK secara relatif juga terkadang tergantung pada tujuan pengukuran kemiskinan. Misalnya, jika tujuannya adalah untuk menentukan individu atau rumah tangga yang bakal menjadi target berbagai program anti kemiskinan, pengambil kebijakan (pemerintah) mungkin akan menggunakan persentil ke-40 sebagai cutoff point sehingga GK akan sama dengan nilai pengeluaran (pendapatan) individu atau rumah tangga pada persentil ke-40. Dengan demikian, 40 persen individu atau rumah tangga dengan  pengeluaran (pendapatan) terendah akan dikategorikan miskin dan menjadi target program anti kemiskinan.
Berbeda dengan GK dalam konteks kemiskinan relatif, dalam konteks kemiskinan absolut GK selalu tetap (fixed) dari waktu ke waktu. Perlu dipahami bahwa makna kata tetap di sini bukan pada nilai nominalnya tetapi pada standar yang digunakan untuk menghitung GK. Dalam prakteknya, GK secara nominal akan berubah meskipun tidak signifikan setelah mengalami penyesuain terhadap perkembangan harga-harga (inflasi).
Penggunaan GK dengan standar yang tetap sangat berguna untuk perbandingan kemiskinan antar waktu dan antar wilayah, serta untuk mengevaluasi dan memonitor keberhasilan berbagai program dan kebijakan anti kemiskinan yang telah dijalankan dari waktu ke waktu. Terkait pencapaian tujuan MDGs, misalnya, Bank Dunia menggunakan GK absolut sebesar 1,25 dollar PPP dan 2 dollar PPP untuk membandingkan kemiskinan antar negara sekaligus mengevaluasi keberhasilan “perang” melawan kemiskinan secara global.
Dalam konteks kemiskinan absolut, penghitungan GK didasarkan pada konsep bahwa si miskin adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan dan non-makanan agar dapat mencapai derajat hidup layak (well-being). Dalam kasus ini, GK ditentukan dengan menghitung biaya yang dibutuhkan individu atau rumah tangga untuk mendapatkan paket komoditi (bundle commodities) yang merupakan kebutuhan dasar untuk hidup layak. Dengan kata lain, jika diasumsikan bahwa indikator hidup layak yang digunakan adalah nilai konsumsi, si miskin adalah mereka yang nilai konsumsinya lebih kecil dari GK yang merupakan standar minimum hidup layak.
Ada tiga metode yang dikenal dalam penghitungan GK dalam konteks kemiskinan absolut, yakni metode biaya pemenuhan kebutuhan dasar (cost of basic needs approach), kecukupan asupan energi (food energy intake), dan garis kemiskinan subjektif (subjective poverty line).
Metode biaya pemenuhan kebutuhan dasar merupakan metode yang paling banyak digunakan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia. Secara teknis, penghitungan GK dengan metode ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengestimasi biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh individu untuk memperoleh makanan yang cukup sehingga kebutuhannya akan nutrisi (energi) terpenuhi biasanya, ditetapkan sebesar 2.100 kilo kalori per orang per hari kemudian menambahkannya dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh individu untuk memenuhi berbagai kebutuhan esensial non-makanan, seperti pakaian, perumahan, pendidikakan, dan kesehatan.
Penentuan GK dengan menggunakan metode pemenuhan kebutuhan dasar membutuhkan ketersediaan informasi mengenai harga barang yang dikonsumsi oleh si miskin. Jika informasi ini tidak tersedia, metode kecukupan asupan energi dapat digunakan. Pada dasarnya, dengan metode kecukupan asupan energi nilai GK merupakan tingkat pengeluaran (pendapatan) individu yang dengannya memungkinkan bagi individu tersebut untuk memenuhi kecukupan asupan energinya sebesar 2.100 kilo kalori per hari.

http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan
https://ciptadestiara.wordpress.com/category/ciri-ciri-orang-yang-hidup-dibawah-garis-kemiskinan/
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/02/10/jumlah-si-miskin-3a-garis-kemiskinan-bagaimana-menghitungnya-527270.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar