Investasi di Sektor Pertanian
Investasi berarti suatu pengeluaran yang
ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal. Stok barang
modal (capital stock) dan terdiri dari pabrik, jalan, jembatan, perkantoran,
produk-produk tahan lama lainnya, yang digunakan dalam proses investasi.
Investasi dapat diartikan juga sebagai pengeluaran tambahan yang ditambahkan
pada komponen-komponen barang modal (capital accumulation).
Sektor pertanian adalah salah satu sektor
penting dalam pergerakan perekonomian di Indonesia, terutama pada perekonomian
pedesaan. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah rendahnya perkembangan
investasi dibidang pertanian, terutama spesifikasi pada investasi bidang
pertanian dalam arti sempit. Salah satu sektor penunjang yang dapat menjadi
indikator investasi adalah sektor perbankan. Berdasarkan data posisi pinjaman
investasi yang diberikan oleh sektor perbankan (baik bank pPersero, Bank
Perkreditan Rakyat, Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Swasta
Asing, dan Bank Campuran)kepada sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan
kehutanan, tren pemberian modal investasi pada tahun 2005-januari 2011
cenderung stagnan. Pada Bank Persero, pemberian pinjaman investasi mengalami
peningkatan(dalam miliar rupiah) dari 7.579 pada 2005 atau 19.18% menjadi
28.307 pada januari 2011 atau 31.5%. sektor pertanian, peternakan, perikanan
dan kehutanan mendapatkan jumlah dan proporsi terbesar dalam penyaluran kredit
investasi. Namun, peningkatan ini masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan
peningkatan pada sektor listrik, gas, dan air bersih yang mendapatkan proporsi
sebesar 0.2% pada 2005 dan meningkat menjadi 9% pada 2011. Pada Bank
Pemerintahan Daerah, pada januari 2011, alokasi pinjaman investasi terbesar
diberikan kepada sektor jasa, yaitu 21.76%. sektor jasa mengalami peningkatan
yang sangat signifikan, karena pada tahun 2005 sektor ini hanya mendapatkan
alokasi sebesar 8.68%. sedangkan sekrot pertanian, perikanan, peternakan dan
kehutanan mendapatkan proporsi sebesar 18.8% pada 2005 dan 15.74% pada januari
2011. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian mengalami penurunan proporsi
pemberian modal kreit pada bank pemerintahan daerah. Pada bank swasta nasional,
sektor pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi
sebesar 9.02% pada 2005 dan menjadi 8.46% pada januari 2011. Proporsi tertinggi
pemberian pinjaman investasi pada 2005 oleh bank swasta nasional adalah pada
sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.15%, dan pada januari 2011,
sebesar 20.27%. Pada bank swasta asing dan campuran, sektor pertanian,
perikanan, peternakan, dan kehutanan memperoleh proporsi sebesar 1.9% pada 2005
dan 11.2% pada 2011. Sedangkan sektor yang mendapatkan pinjaman terbesar adalah
industri pengolahan sebesar 43.8% pada 2005 dan 28% pada 2011.
Berdasarkan data perkembangan realisasi
investasi PMA tahun 2006-2009, sektor tanaman pangan dan perkebunan mendapatkan
nilai realisasi investasi yang mengalami penurunan. Pada sektor peternakan,
nilai realisasi investasi mengalami peningkatan tajam pada 2007 namun setelah
itu mengalami penurunan drastis hingga 2009. Sektor kehutanan sejak tahun 2007
tidak mendapatkan realisasi investasi, sedangkan sektor perikanan juga
mengalami penurunan. Akan tetapi, jika diperhatikan secara keselurhan, dapat
disimpulkan bahwa investasi luar negeri lebih banyak dialokasikan ke sektor
sekunder dan tersier, dengan proporsi lebih dari 50%. Berdasarkan data
perkembangan realisasi investasi PMD tahun 2006-2009,sektor tanaman pangan
mengalami peningkatan pada tahun 2007, menurun pada tahun 2008, dan meningkat
kembali tahun 2009. Sektor petrnakan juga mengalami fluktuasi, sedangkan sektor
perikanan mengalami peningkatan. Sma seperti PMA, PMD pada sektor pertanian
memiliki proporsi yang masih lebih kecil dibandingkan pada sektor lain.
Identifikasi Penyebab Investasi Pertanian
Terhambat
Berdasarkan data-data diatas, terlihat bahwa
perkembangan investasi untuk sektor pertanian memiliki kecenderungan yang terus
menurun. Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi penyebab ketidaktertarikan
investor untuk menanamkan modalnya ke sektor petanian, diantaranya:
ü Pertama, sektor
pertanian memiliki risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi dibanding
sektor lain. Terlebih lagi dengan adanya climate change yang menyebabkan
kemungkinan terjadinya fluktuasi produksi menyebabkan ketidakpastian dan risiko
yang dihadapi semakin tinggi.
ü Kedua, pada
kasus pertanian di Indonesia, minimnya sarana pendukung yang tersedia menjadi
slah satu faktor yang membuat investasi pada pertanian semakin tidak menarik.
Seperti yang telah banyak diketahui, saat ini sarana pertanian seperti irigasi
misalnya yang ada di daerah adalah peninggalan masa orde baru dan sudah semakin
tidak terawat. Selain itu, karena umuya sentra produksi pertanian berada di
daerah, dan infrastruktur sepeti jalan yang ada pada beberpaa jalur misalkan
pada jalur pantura kurang baik sehingga besarnya kemungkinan terjadi kerusakan
barang semakin tinggi.
ü Ketiga, masih
sulitnya birokrasi yang ada apabila hemdak mendirikan usaha pertanian yang
memiliki skala ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi kurang menarik.
ü Keempat, masih
tidak stabilnya iklim investasi di Indonesia. Hal ini berlaku secara
keseluruhan, baik sektor pertanian maupun nonpertanian.
ü Kelima, masih
tidak stabilnya iklim politik dan pada beberapa komoditi pertanian yang menjadi
komoditi politik.
ü Keenam, masih
maraknya pungutan-pungutan liar di Indonesia sehingga semakin meningkatkan
biaya yang harus dikeluarkan. Masih terdapatnya tumpang tindih kebijakan antar
departemen atau kementrian yang ada dan kurangnya koordinasi antar instansi
pemeerintahan sehingga menimbulkan kebingungan pada investor
ü Ketujuh, adanya
otanomi daerah yang terkadang kebijakannya tumpang tindih dengan kebijakan
pemerintah pusat.
ü Kedelapan, anggapan
bahwa investasi sektor pertanian tidak menarik dibandingkan dengan sektor lain.
Pertanian Sektor pertanian adalah sektor yang
memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian, terutama perekonomian
pedesaan. Saat ini tren investasi pertanian memiliki tren yang mengalami
penurunan. Karena pentingnya peran investasi untuk mengembangkan sektor
pertanian, diperlukan berbagai kebijakan untuk membangkitkan iklim investasi
dibidang pertanian. Hal yang paling utama untuk meningkatkan minat investasi
bidang pertanian adalah menyinergiskan kebijakan dalam pemerintahan, baik
antara departemen/kementrian di pemerintah pusat maupun dengan pemerintah
daerah. Dengan adanya kesinergisan kebijakan, maka investor mendapatkan suatu
kepastian kebijakan investasi sehingga mereka dapat lebih mudah untuk mengambil
keputusan investasi. Pemerintah juga perlu melakukan upaya pendekatan kepada
investor untuk menanamkan modalnya dibidang pertanian. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberikan kemudahan untuk investasi misalkan bantuan untuk
merampingkan jalur birokrasi, memberikan jaminan kestabilan politik dan
keamanan investasi, serta perbaikan infrastruktur sehingga dapat meminimalisasi
risiko dan ketidakpastian yang dihadapi.
http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/05/16/melihat-investasi-dalam-pertanian-457620.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar